Menyusui Dua Balita Beda Usia Sekaligus
Menyusui Saat Hamil. Apa kabar para muslimah (ummhat) pejuang ASI? Semoga selalu dalam perlindunganNya yaa. Baiklah, kali ini saya sedang moody dan berbaik hati akan berbagi pengalaman pribadi nih tentang menyusui saat hamil.
Qadarullaah, alhamdulillaah saya dimudahkan untuk bisa tetap menyusui saat hamil, dan menyusui dua balita bahkan menyusui saat hamil dan berpuasa sekaligus. Waw banget sepertinya, bagaimana ceritanya yuk simak.
Baca Juga:
Kronologi Menyusui Saat Hamil
Cerita dulu ya. Jadi pada tanggal 26 Juli 2015 saya melahirkan anak pertama (qadarullaah) harus dengan caesar terpaksa. Saat itu seusai nifas yang kurang lebih 40 hari selesai, ternyata saya sudah menstruasi lagi.
Katanya, kalau sehabis nifas langsung menstruasi lagi, itu tandanya subur banget. Allaahu a’lam, belum sempat cek keilmiahannya ya. Oiya, siklus menstruasi saya dari sejak gadis tipenya teratur. Jadi, tanggal mens dari bulan ke bulan hampir sama datangnya. Selisihpun hanya sehari dua hari. Kira-kira begitu.
Nah, di bulan Januari 2016 yang seharusnya hari itu saya mens ternyata tidak mens, saya langsung cek USG ke dokter kandungan. Hasilnya, Waw ternyata sudah ada janin di rahim saya berusia satu bulan. Jika memang pembuahan dimulai sejak bulan Desember, artinya saya hamil kedua di saat anak pertama masih berusia lima bulan.
Dilema Menyapih Si Kakak
Seusai USG itu, perasaan dan pikiran saya menjadi campur aduk dan tidak karuan kemana-mana. Kenapa? Bagaimana tidak resah gelisah dan distres, karena saat USG itu sang dokter dengan tegas mengatakan bahwa si kakak harus segera di stop ASInya, segera di ganti dengan sufor,karena sangat beriso tinggi si janin atau si adik akan mengalami mallnutrisi yang berakibat pada cacat fisik.
Sesampai di rumah setelah USG saya hanya bisa menangis melihat anak pertama saya. Menangis kasihan karna MPASI pun belum bisa ia terima dengan baik sebagai pengganti ASI. Suforpun satu persatu dicoba dari berbagai merk juga akhirnya dibuang karena anak saya tidak mau.
Makin stres saya, akhirnya ASI pun terus diberikan ke kakak sembari terus menjaga kesehatan saat hamil si adik. Singkat cerita, saya dan suami mencoba mencari dokter kandungan lain hanya untuk bisa berkonsultasi tentang ini.
Sebenarnya, boleh gak sih hamil dengan menyusui sekaligus? Seberapa berbahayanya hal ini terhadap kesehatan janin? Dan seterusnya. Alhamdulillaah,bertemulah kami dengan seorang dokter kandungan (laki-laki) yang menurut kami sangat bijak dan baik.
Kami memanggilnya Pak Priyo, praktek di R.S Delta Surya Sidoarjo. Perawakan beliau yang tinggi besar memang terlihat lebih wibawa namun gaya dalam menghadapi pasien yang begitu santun membuat kami nyaman mengutarakan semua dengan gamblang.
Beliau salah satu dokter kandungan yang menurut kami sangat enak sekali diajak sharing. Apapun pertanyaan kami akan dijawab dengan jawaban yang “memuaskan” bagi kami. Satu lagi, beliau tidak membatasi untuk kami segera menyelesaikan konsultasi dan segera memanggil pasien berikutnya. Beda sekali denga dokter-dokter pada umumnya yang biasanya memberi kode kepada pasien dengan kalimat ”sudah ya”, “sudah paham ya, bulan depan silahkan periksa lagi” dan seterusnya.
Dilema Menyusui Saat Hamil
Benarkah dok, saat kita hamil kita tidak boleh menyusui?
Menyusui saat hamil memang benar akan menimbulkan potensi kontraksi pada rahim. Jika rahim dan janin kuat, tidak masalah terus memberikan ASI kepada si kakak. Beda jika kondisi sebaliknya. Oia istilah medis untuk kondisi ini biasa disebut NWP (nursing while pregnant).
Lalu, apa cirinya kalau rahim dan janin kuat di ajak berbagi ASI dengan si kakak?
Tidak ada flek ataupun pendarahan. Si Ibu juga terlihat sehat dan kuat.
Dan ternyata saat saya tetap menyusui si kakak saya pun sempat ngeflek ya. Dan dokterpun hanya menyarankan untuk istirahat total, bukan menghentikan ASI untuk si kakak. Jadi saya pun menuruti saran dokter ini.
Alhamdulillaah dari waktu ke waktu, saya tidak lagi ngeflek dan saya tetap menyusui hingga anak kedua saya lahir di bulan Agustus 2016 dengan caesar juga. Setelah anak kedua lahir, usia si kakak masih 13 bulan. Masih tersisa 11 bulan jatah ASI untuk si kakak.
Akhirnya saya pun harus melewati kondisi yang sering disebut dengan tandem nursing. Menyusui dua balita dalam satu waktu sekaligus. Hingga si kakak tuntas haknya untuk mendapatkan ASI. Jadi total saya menyusui selama tiga tahun tanpa henti alhamdulillaah. Dan di tahun kedua dari tiga tahun itu harus tandem nursing.
Selama kehamilan kedua pun juga harus melewati bulan puasa ramadhan. Jadi saat itu saya berpuasa, hamil anak kedua plus menyusui anak pertama. Bisa? Alhamdulillaah, bolong tujuh hari. Tahun berikutnya tak kalah serunya juga saat saya harus berpuasa sekaligus menyusui dua baby. Alhamdulillaah terlewati dengan hutang puasa juga tujuh hari.
Bagi sebagian besar teman-teman yang sudah menjalani perannya sebagai ibu, kondisi ini (kondisi saya) adalah kondisi yang luar biasa. Luar biasa strong, menurut teman-teman saya. Karena disisi lain saya juga harus melewati nyeri sehabis operasi caesar yang ternyata operasi kedua itu lebih sakit dari operasi yang pertama.
Insyaallaah mohon doanya untuk yang ketiga dan seterusnya nanti bisa normal. Istilah kerennya VBAC (vaginal birth after caesar).
Berat gak mbak menjalani peran ibu dengan dua balita yang jaraknya hanya setahun dan menuntaskan ASI sampai dua tahun untuk keduanya, nyaris tanpa dot. Berat beuudlah hehe Alhamdulillaah kami tidak punya dot. Kalaupun ada itu karena dapat kado dan akhirnya dipakai mainan oleh anak-anak.
Ehmm apalagi ya, oiya bagaimana mensiasati agar ASI cukup untuk dua balita ya?
Saya jadi ingat, kalau saya sering bilang ke teman-teman itu begini. Tiga tahun pertama setelah saya menikah pekerjaan utama dan dominan saya adalah dapur dan kasur. Dapur untuk aktifitas memasak, kasur untuk aktifitas memberi ASI kepada anak-anak.
Jadi jangan heran kalau saya tiga tahun di Sidoarjo belum banyak paham jalan dan tempat-tempat strategis disini. Etapi, masyaallaah Allah tahu mungkin saya penat juga. Qadarullaah diusia anak kedua masih tujuh bulan, Allah kasih kami hadiah hingga kami bisa berjalan-jalan berempat dengan unta.
Sepenggal kisah heroik lainnya yaitu saat hamil anak pertama, posisi saya dan suami sedang LDM. Saya di Jogja menyelesaikan tugas akhir tesis, yaitu ujian tesis. Disisi lain saya teler karena sindrom trimester awal kehamilan tapi pikiran butuh diforsir untuk segera ujian. Setelah ujian selesai, perbaikan selesai, saya balik ke Sidoarjo hingga anak lahir.
Terlalu enak dengan anak, lupa ngurus wisuda dan lain-lain. Keduluan hamil anak kedua. Singkat cerita, di usia kehamilan anak kedua yang masih dua-tiga bulan pertama, saya ajak ke Jogja menyelesaikan urusan tetek bengek wisuda.
Saat seremonial wisuda pun saya dalam kondisi setengah-setengah mabok sindrom trimester awal kehamilan. Alhamdulillaah nya akhirnya dapat juga mengikuti seremonial wisudaa hingga selesai.
Support orang terdekat yaitu suami saya saat itu, luar biasa pengaruhnya. Support untuk tetap menyelesaikan studi secara administratif, karena saya sempat mutung juga. Sudah malas rasanya bolak balik Jogja dengan bawa anak hanya untuk mengurus ijazah.
Begitu juga support untuk tetap memberi ASI kepada anak-anak. Namanya konsumsi susu, sayur dan buah tak pernah tertinggal setiap hari. Dan suamilah yang menemani saya kemana-kemana saat itu termasuk saat harus di Jogja mengurus ijazah dan wisuda.
Akhirnya, maret 2016 saya ikut wisuda pascasarjana fak. Psikologi UGM dalam kondisi hamil anak kedua di usia kehamilan dua-tiga bulan dan si kakak usia delapan bulan.
Kenangan demi kenangan, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kondisi anak-anak saya? Kondisi fisiknya dan kesehatannya? Meski harus berbagi ASI. Bisa dilihat di foto ini ya.
Semoga bermanfaat, kurang lebihnya saya mohonmaaf. Jika bermanfaat bisa share and comment yah.
Bagi sahabat sakinah yang ingin merencanakan jenis kelamin anak, bisa baca disini
Atau sahabat sakinah yang bermasalah dengan berat badan bisa baca-baca disini
Menarik juga baca kata-kata cinta untuk pasangan