Sharing: Membuat Anak Mau Menghafal Al Qur’an
Cerita
Membuat Anak Mau Menghafal. Tulisan berupa cerita dalam artikel kali ini berawal dari satu dua pertanyaan yang mampir ke DM akun Ig saya. Selebihnya niatnya adalah membagikan pengalaman (kecil) bukan prestasi besar, yang sudah pernah dilalui sendiri. Semoga ada manfaat bagi yang membaca dan ada keberkahan bagi yang menulis.
Pertanyaan itu salah satunya seperti ini, Ana, share dong caranya agar anakku mau hafalan al quran? Ada juga pertanyaan lain yang sejenis. Akhirnya bismillaah . . .saya mencoba mensarikan pengalaman yang seuprit itu disini sembari menjawab pertanyaan itu niatnya.
Sebelumnya, izinkan saya memujiNya dengan segala pujian terbaik yang hanya pantas diberikan kepdaNya. Hanya kalimat ini yang langsung terlintas saat membaca ada pesan DM seperti di atas. Bingung mau bercerita darimana dan bingung juga mau cerita bagian yang mana. Well next.
Sebelum melanjutkan cerita lebih jauh, yang selalu saya ingat pesan dari Dr. Sarmini (penemu metode Utrujah) waktu ke Sidoarjo, bahwa tidak ada metode paten atau khusus untuk bisa dijadikan acuan agar anak mau menghafal.
Begitu juga saat saya membaca buku berjudul 10 bintang penghafal qur’an (keluarga Ust. Mutamimul Ula dan Ustadzah Wirianingsih). Dr. Sarmini pun pernah berdiskusi langsung dengan Ustdzah Wirianingsih terkait metode membuat anak mau menghafal. Intinya adalah keterjadwalan (ada agenda) dan diusahakan rutin. Soal capaian itu kembali ke masing-masing anak.
Oiya DM seperti di atas ini beberapa saat setelah saya upload video ini.
Baca Juga:
Muhasabah
Saya rasa tak ada orang tua yang sempurna termasuk diri saya. I am Not a perfect mom. Please noted it.
To the point ya, satu hal yang tak kalah penting sebelum kita ingin membuat anak-anak kita mau hafalan Al Qur’an adalah menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini: (sebagai ortu)
Apa niat kita ingin membuat anak-anak mau hafalan Al Qur’an?
Sudah seberapa jauh kita menunjukkan diri kita sendiri juga berusaha dekat dengan Al Qur’an?
Sudah seberapa serius kita berusaha membuat anak familiar dengan istilah Al Qur’an? Dalam sehari berapa kali anak-anak melihat dan mendengarkan kita bertilawah?
Seberapa sering kita bercerita tentang Al Qur’an dan apa yang ada di dalam Al Qur’an ke anak?
Seberapa sering kita (tanpa menyuruh mereka) melantunkan hafalan kita langsung ke telinga anak?
Saya rasa pertanyaan-pertanyaan itu harus tuntas terjawab terlebih dulu sebelum bicara soal bagaimana anak-anak mau menghafal Al Qur’an.
Anak-anak terlebih balita belum bisa untuk kita suruh tanpa ada contoh yang bisa dia rekam lalu selanjutnya otomatis akan di copy paste. (ini rumus penting yang harus dipahami). Dan sayapun memahaminya juga akhir-akhir ini setelah mempraktikkannya.
Saat masih bingun menjawab saya mencoba mengingat-ingat awal mula anak-anak mau hafalan. Saya mulai mengingat lagi awal mula membuat anak mau menghafal
Jadi bagaimana anak-anak itu akhirnya bisa hafal tanpa disuruh?
Pertama
As ortu kita memang secara ruhiyah atau mental harus mempunyai cita agar anak-anak menjadi generasi qurani (bukan penghafal). Poin pertama ini mungkin sudah harus ada bahkan ketika anak kita belum terlahir ke dunia. Karena tanpa motivasi, kecil kemungkinan akan tergerak hatinya untuk mebuat anak mau menghafal. Jelas ya poin ini.
Kedua
Berusaha mengenalkan anak kepada al quran.
Mengenalkan disini bisa dengan berbagai cara salah satunya bercerita. Yang saya lakukan, sejak anak sudah bisa di ajak mendengarkan cerita (>2th) saya mulai sering bertanya kepda anak-anak.
Mbak ini apa namanya? *sambil nodongin mushaf. Tujuannya banyak. Melatih mereka mengucapkan kata ‘Al Qur’an, akrab dengan benda kotak bernama Al Qur’an. Setelah itu ajak anak mengenali Al Qur’an dengan bahasa simpel.
Mbak tahu Al Qur’an? Mbak tahu matahari? Mbak suka pisang? Mbak tahu bulan bintang? Semuanya ada lho diceritakan di dalam ‘Al Qur’an’ keren ya. Biarkan nanti mereka merespon. Jika belum merespon, kaitkan dengan hal yang disukai anak yang ada di Al Qur’an. Misal tentang terbang ke bulan, hewan gajah, burung dan seterusnya. Dan kudu EKSPRESIF ya ceritnya. Pakai gaya dan nada yang menarik anak-anak.
Jadi nanti mbak zahra kalau mau pintar harus bisa baca Al Qur’an. Karena semuanya ada di dalam Al Qur’an dan Allah cinta pada hambaNya yang selalu menjaga Al Qur’an.
Diulang-ulang seperti itu dengan tema yang sedikit berbeda, sering bercerita kepada anak tentang peristiwa alam, tentang kebesaran Allah dan disangkutkan pada Al Quran. Hingga terbentuk persepsi pada kognisi anak bahwa Al Qur’an adalah sesuatu yg istimewa, sesuatu yg keren dst.
Ketiga
Jujur ini antara sengaja dan tidak. Awalnya dulu tiap kali mau tidur (sejak Zahra usia <2th) saya membiasakan diri murojaah juz 30 sambil nenenin mereka berdua. Zahra waktu itu belum bisa disapih total. Jadi tidur harus bertiga.
Nah, hampir tiap mau tidur siang, tidur malam saya lantunkan juz 30 sampai anak-anak tertidur.
Lama-lama, keesokan harinya si sulung tiba-tiba bisa melantunkan beberapa ayat awal An Naba’ tanpa disuruh tanpa diajari dengan sengaja.
Its so amazing for me. Dan membuat saya semakin semangat murojaah menjelang mereka tidur. Semakin tambah hari zahra pun juga bertambah hafalannya. Tiba-tiba bisa mengucapkan ayat ke 6 dan seterusnya. TANPA DISURUH
Akhirnya sesempatnya saya, saat main saat berkendara, saat jalan bareng saya lantunkan ayat yang ingin saya tambahkan untuk dia hafal. Sekali lagi tanpa menyuruh.
Misal dia sudah hafal sampai ayat 7 maka saya ulang-ulang melantunkan ayat 8-10 saja saat siang. Dan jelang tidur saya lantunkan penuh dari awal. Tanpa pakai media audio. Alhamdulillaah An naba’ selesai mumtaz.
Tidak dalam waktu singkat yaa butuh berbulan-bulan untu An Naba’ saja. Terlebih emaknya juga harus berbagi waktu sebagai Ibu rumahan tanpa khadimat, pahamkaan ribetnya :D. Tapi masuk rumah tahfidz, An Naziat bisa kurang dari sebulan Masyaallaah.
Bagaimana membuat anak mau menghafal?
Trik selanjutnya tentang bagaimana membuat anak-anak mau menghafal. Karena usia anak kian bertambah, perkembamgan psikososial motoriknya juga bertambah saya terpikir untuk mencarikan teman yang sesama balita dan sama-sama menahafal.
Tujuan saya minimal agar terbangun persepsi bahwa di luar sana juga banyak anak seusianya yang juga menghafal. Singkat cerita saya masukkan zahra ke rutaba (rumah tahfidz balita). Singkat cerita lagi di sana hanya bertahan hanya satu bulan. Why? Terlalu panjang kalau saya ceritakan juga nanti. Intinya dia lebih nyaman dan minta sendiri hafalan sama saya di rumah saja, katanya.
Akhirnya pelan-pelan saya pegang sendiri di rumah until now. Si adik gimana? Masyaallaah berkahnya punya anak dengan jarak lahir dekat tuh disini đŸ˜€
Jadi, azalia tinggal mengcopy paste apa yang diucapkan si kakaknya. Saya tidak terlalu rumit mentalaqi azalia baik doa harian maupun hafalan. Karena cukup dia menirukan kakaknya saat saya minta kakaknya berdoa dan mengajak hafalan, dia sudah bisa hafal.
Pernah malas hafalan dan murojaah?
Pernaaah, dan saya harua putar otak untuk mengatasinya. Jadwal murojaah tidak terlalu kaku. Minimal dalam sehari ada sesi murojaah. Forum murojaah juga tidak kakulah, intinya mengajak anak melantunkan lagi ayat yang sudah dihafal.
Bayangkan, saat anak-anak keluar rumah yang dilihat dari anak-anak lain adalah pegang gadget. Pemandangan itu menjadi informasi tersendri bagi anak-anak saya ternyata. Tiba-tiba kalau saya pegang hp sebentar saja anak-anak seperti ada rasa cemburu ingin memegang juga.
Jadi saya sendiri sampai sekarang komitmen untuk mengurangi pegang Hp saat bersama anak. Lebih sering pegang buku di depan anak dan kami membaca bersama. Tilawah disamping anak-anak dst.
Lalu? Saat perkembangam komunikasinya juga bertambah anak-anak sudah mulai pintar membuat alasan lhooo
Mbak zahra aza ayo murojaah yuk, biar hafalannya tidak hilang. Apa jawabnya?
Aku nanti siang aja ya mi. Pas sdah siang saya tagih mereka jawab lagi, nanti aja kalau mau tidur ya…mi. Pas mau tidur masih ngeles lagi, besok pagi aja yami dst. Makin pinter juga anak-anak ini mencari zona nyaman.
Uminya banyakin istighfar dan tetap putar otak untuk mengatasinya. Akhirnya satu trik ini fantastis hasilnya. Oiya saya tidak pernah mentarget anak-anak saya hanya ingin membiasakan anak-anak memurojaah hafalannya. Intinya hanya ingin membentuk HABIT. Kuantitas hasil urusan akhir.
Apa trik yang fantastis itu?
Saya sengaja beli sekian macam jajanan yang disukai anak-anak mulai dari bengbeng, choki-choki pasta cokelat, pasta keju, wafer roll keju, dst dalam jumlah kurleb 5-6 pcs per jenisnya. Saya taruh di satu box plastik lalu saya sampaikan di depan anak. Bahwa boleh ambil dan makan satu jajan ini kalau sudah murojaan ke umi ya.
Ekspresi anak-anak saat itu lucu. Senyam senyum ketawa-ketawa sambl bilang mau mau mi. Aku murojaah ya. Kata mereka. Jadi aturannya, satu kali murojaah dapat satu pcs jajan. Hasilnya?
Meski box berisi jajan itu saya taruh di lantai, anak-anak tidak lantas mau langsug ambil tanpa murojaah. Baik zahra maupun azalia akhirnya tanpa disuruhpun tiba-tiba mereka datang kepada saya sambil bilang,
Umi aku mau murojaah An Naba’ ya, tapi dikit aja. Aku mau ambil pasta keju ya nanti (itu kesukaannya zahra) *sengaja saya beli itu. đŸ˜€
Kalau adiknya juga pinter, yang dimurojaah surat-surat pendek.
Umi aku mau bengbeng, aku murojaah tabbat (al lahab maksudnya) ya.
Kok tabbat terus dik? Iya soalnya pendek. Katanya Wkwkw
Saya hanya bilang. Iya tidak apa-apa. Dalam hati saya mbatin, tujuan saya hanya ingin membiasakan anak-anak mau murojaah. Jadi surat apapun yang sudah dihafal saya tetap apresiasi. Karena sebelumnya hampir tiap hari lolos tanpa murojaah.
Sekarang? Tiap mau tidur bertiga murojaah bareng (anak-anak yang minta sendiri kadang) mulai dari an Naba’, an Naziat, ‘Abasa, at Takwir, al Infithor.
Biasanya azalia sudah merem duluan di surah ‘Abasa dan zahra menyusul merem di surah At takwir. Sekarang mulai menghafal Al Buruj.
Kurang lebihnya begitu ya sharingnya. Semoga bermanfaat saling mendoakan yg terbaik.
Siapa lagi yang akan melindungi anak-anak kita dari ujian akhir zaman jika bukan kita yang mengusahakannya.
Allaahu a’lam bisshowwab
Al khaqqu min robbika falaa takunanna minal mumtariin
Salam berbagi