Memasuki bulan Rabiul Awal, seringkali sebagian muslim dihadapkan pada pertanyaan tentang siapa yang pertama kali merayakan Maulid Nabi. Hal ini tak lepas dari adanya tradisi merayakan hari kelahiran Rasulullah Saw. yang dilangsungkan beberapa kaumnya pada tanggal 12. Selain itu, perbedaan pendapat mengenai hukum tradisi ini juga tak jarang mengundang pertanyaan tadi.
Seperti diketahui, jumhur ulama memang sepakat bahwa Maulid Nabi tidak pernah dirayakan pada masa Rasulullah ataupun kepemimpinan Khulafaur Rasyidin. Adapun menurut sejumlah literatur, hari kelahiran Nabi mulai dirayakan sejak zaman Daulah Fatimiyah yang dikenal dengan alirah Syiah-nya.
Benarkah demikian? Agar tahu lebih jelas mengenai asal-usul tradisi ini, pastikan menyimak rangkuman tentang pencetus tradisi merayakan Maulid Nabi di artikel ini. Namun, sebelum itu, ketahui juga mengenai arti dari beberapa istilah untuk menyebut tradisi ini di bawah.
Pengertian Merayakan Maulid Nabi
Di Indonesia, ada cukup banyak istilah untuk menyebut tradisi pada hari kelahiran Rasulullah Saw.. Dua diantaranya adalah “memperingati” dan “merayakan” Maulid Nabi.
Makna memperingati Maulid Nabi adalah mengadakan suatu kegiatan untuk mengenang hari lahir Nabi. Adapun yang dimaksud dengan merayakan Maulid Nabi ialah mengagungkan ataupun memuliakan hari kelahirannya dengan sebuah pesta.
Berbagai Pendapat tentang Siapa yang Pertama Kali Merayakan Maulid Nabi
Berdasarkan kitab-kitab para ulama terdahulu, kegiatan memperingati hari lahir Rasulullah dasarnya telah dilakukan sejak beliau masih hidup. Hal ini dilakukan Rasul setiap hari Senin dengan berpuasa. Jika memperingati sudah ada sejak dulu, siapa yang pertama kali merayakan Maulid Nabi dengan pesta?
1. Khaizuran pada Tahun 170 Hijriah
Merujuk pada kitab Wafaul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa karangan Nuruddin Ali. Ahmad Tsauri, dalam buku Sejarah Maulid Nabi, mengatakan bahwa perayaan hari lahirnya Rasulullah Saw. telah ada sejak abad kedua Hijriah.
Tepatnya pada masa Dinasti Abbasiyah tahun 170 Hijriah. Di mana saat itu, Khaizuran (Jurasyiyah binti ‘Atha) meminta penduduk Madinah untuk merayakan Maulid Nabi di Masjid Nabawi. Sementara itu, penduduk Mekkah diminta merayakan hari tersebut di rumah masing-masing.
Statusnya sebagai ibu Amirul Mukminin, Musa al-Hadi dan al-Rasyid, juga istri Khalifah al-Mahdi bin Mansur membuatnya punya pengaruh kuat.
2. Al-Muiz Lidinillah pada Tahun 341-365 Hijriah
Sebagian ulama juga meyakini catatan sejarawan Mesir, Al-Maqrizy, yang memaparkan sejarah tradisi ini dimulai oleh Al-Muiz Lidinillah. Sebagai informasi, pemilik nama lengkap Abu Tamim Ma’ad Al-Muiz Lidinillah ini merupakan khalifah keempat Diniyah Fatimiyah. Beliau juga pendiri Kota Kairo dan Al-Azhar, Mesir.
Dalam karangan berjudul Mawa’iz al-I’tibar fi Khitat Misr wal Amsar, Al-Maqrizy pun menyebutkan sejumlah kegiatan pada perayaan tersebut.
Seperti pembacaan ayat suci Al-Qur’an, ceramah, membagikan hadiah, menjamu tamu dengan 40 piring kue, dan lain sebagainya. Catatan tersebut dinukil Al-Maqrizy dari literatur peninggalan Al-Ma’mun ibn Bataihi, salah satu perdana menteri Daulah Fatimiyah.
3. Salahuddin Al Ayyubi
Adapun menurut KH Abdurrahman Wahid, muslim pertama yang mengadakan perayaan hari lahir Nabi adalah Salahuddin Al Ayyubi. Sultan Mesir yang mendirikan Dinasti Ayyubiyah ini mengadakan perayaan untuk membangkitkan semangat jihad kaum muslimin yang akan berperang. Tepatnya pada abad ke-5 Hijriah yang ditandai adanya Perang Salib.
4. Malik Muzhaffar pada Tahun 549-630 Hijriah
Pandangan lain tentang siapa muslim yang pertama kali merayakan Maulid Nabi terdapat dalam karangan Jalaludin as-Suyuthi, yakni Al-Hawi li al-Fatawi. Disebutkan juga dalam kitab al-Bidayah wal Nihayah karangan Ibnu Katsir, bahwa Maulid Nabi dirayakan pertama kali oleh raja di Irbil, Irak.
Dari karangan-karangan tadi, dijelaskan bahwa perayaan ini diisi dengan pembacaan sholawat, mengkaji kehidupan Rasulullah, membaca Al-Qur’an, dan berbagi makanan. Sebagai informasi, perayaan tersebut dilangsungkan pertama kali oleh Raja Malik Muzhaffar di daerahnya pada tahun 549 Hijriah.
Jadi, siapa muslim yang pertama kali merayakan Maulid Nabi? Perlu diketahui, pandangan-pandangan para ulama tadi sama kuatnya dengan rujukan dari sumber-sumber terpercaya.
Namun, satu yang paling kuat dan diyakini banyak ulama di Indonesia saat ini adalah pandangan as-Suyuthi dan Ibnu Katsir. Terlepas dari argumen siapa yang pertama kali melangsungkan tradisi ini, tujuan utamanya tetap sama, yakni mengenang hal-hal tentang Rasulullah Saw..